Rabu, 30 November 2011

Kimpul

Awan hitam merangkak pelan. Awan seperti itu setiap hari mengancam pada musim hujan dan merupakan isyarat tak lama lagi hujan akan mencurah deras. Curah hujan belakangan inimemang tinggi. Banjir dan genangan air kemudian menyusul di beberapa tempat.
Kimpul belum bergerak dari tempat duduknya. Sejak pukul delapan pagi hingga pukul dua belas tengah hari itu belum seorang pun singgah dan meminta jasanya. Biasanya, ia baru bergerak setelah hujan rintik-rintik turun dan berlari jika rintik-rintik air itu bertambah besar. Terkadang ia terpaksa siap untuk basah kuyup karena hujan deras mendadak turun tanpa memberi kesempatan kepadanya untuk berlindung di tempat berteduh.
Tempat berteduh yang nyaman bagi Kimpul adalah Stasiun Besar di seberang jalan raya yang jaraknya kira-kira tiga puluh meter dari tempatnya bekerja. Ke sanalah ia berlari dan berlindung selama hujan mencurah. Berlari dan berlindung seperti itu setiap hari harus dilakukannya selama musim hujan. Jika hujan tidak lagi berderai Kimpul kembali ke tempatnya semula, menunggu siapa saja yang membutuhkan jasanya.
Kimpul masih menunggu dan berharap. Mudah-mudahan ada orang yang singgah ke tempatnya walaupun hanya satu orang karena selama dua hari belakangan ini tidak seorang pun menyapanya dan duduk di kursi di depannya. Ia menatap toko-toko buku baru dan buku bekas yang berjejer tidak jauh di depannya, toko-toko yang menghambat pemandangan ke lapangan di belakangnya. Dulu, semua toko buku itu tidak ada dan setiap orang yang berada di Stasiun Besar, yang sedang melangkah atau berkendaraan di jalan raya atau berdiri di tempat Kimpul duduk saat itu, dengan leluasa dapat melihat lapangan di belakang toko-toko buku itu.
Di keempat sisi lapangan rumput itu terdapat parit yang membatasi lapangan dengan lahan kosong yang lebarnya lima belas meter di sekeliling lapangan. Tidak sedikit orang lalu lalang di lahan kosong ini, karena di sana banyak gerobak yang menjual makanan dan minuman. Para penumpang kereta api dari luar kota yang turun di Stasiun Besar umumnya makan dan minum di lahan kosong ini.
Pada tengah hari, para penjual obat kaki lima berteriak-teriak berkampanye di lahan kosong yang teduh di bawah kerimbunan pohon-pohon besar yang telah puluhan tahun berdiri di sana. Semua penjual obat berlomba memamerkan kehebatan mereka berorasi agar pengunjung yang melingkar di sekitar mereka mau membeli obat yang mereka jajakan. Dan, setiap orasi pastilah memuji kemujaraban obat. Begitu orasi selesai biasanya ada saja pengunjung yang langsung membeli obat mereka.
Masih erat melekat dalam ingatan Kimpul bahwa seorang penjual obat kaki lima itu berhasil meningkatkan diri menjadi bintang film. Semula ia hanya menjadi figuran dalam film ”Lewat Jam Malam” yang disutradarai Usmar Ismail. Ia kelihatan beberapa detik di layar putih, karena hanya berperan sebagai orang yang harus berjalan kaki dari sebuah pintu ke pintu lain yang jaraknya hanya tujuh meter. Tapi, setelah itu ia muncul dalam beberapa film lain sebagai pemeran utama. Hebat si Djoni, ujar Kimpul kepada dirinya sendiri.
Begitu cepatnya keadaan berubah, Kimpul membatin. Dulu, lapangan luas itu selalu digunakan untuk tempat berbagai rapat umum dan upacara peringatan hari kemerdekaan sambil mendengarkan pidato Bung Karno. Ribuan murid sekolah SMP dan SMA diwajibkan hadir di sana untuk mendengarkan pidato berapi-api Pemimpin Besar Revolusi yang gagah itu.
Di selatan lapangan rumput itu terdapat hotel megah peninggalan penjajah Belanda. Kini hotel itu tidak kelihatan lagi karena telah berganti dengan gedung milik sebuah bank dengan lapangan parkir yang luas. Di utara lapangan, di Jalan Rumah Bola, terdapat sebuah tempat pertemuan orang-orang Belanda yang setelah kemerdekaan diberi nama Balai Prajurit. Balai itu sirna sudah karena di lokasi itu telah dibangun sebuah pusat perbelanjaan yang senantiasa rampai pengunjung.
Kimpul merasa perubahan terjadi begitu cepat tanpa menyadari bahwa ia telah empat puluh tahun menjual jasanya di pinggir lapangan itu sejak berusia dua puluh lima tahun. Karena kondisi yang berubah ini, nasib Kimpul turut berubah. Kalau dulu banyak orang yang satu profesi dengan Kimpul bekerja di bawah pohon rindang di pinggir lapangan, kini hanya dia dan seorang lagi yang masih menawarkan jasa di sana. Kalau dulu tanah kosong yang mengelilingi lapangan terasa teduh karena beberapa pohon rimbun berdiri kukuh di sana, kini tanah kosong itu lenyap sudah karena seluruhnya ditelan ruko-ruko yang beroperasi hingga malam hari. Cahaya matahari langsung jatuh di toko-toko buku itu, karena sebagian pohon telah ditebang.
Sekarang, lahan kosong pun semakin sempit. Di lahan kosong yang sempit itulah Kimpul dan seorang temannya membuka praktik sebagai pemotong rambut yang lazim disebut tukang pangkas. Dengan hanya bermodalkan sebuah kursi lipat, sebuah cermin yang diikatkan ke sebuah tiang, seperangkat alat pemotong rambut yang dibawanya di sebuah tas kecil yang kumuh dan sebotol air, ia siap melayani siapa saja. hingga menjelang magrib.
Awan hitam yang merangkak tidak lagi kelihatan. Hujan juga tidak jadi berkunjung. Hari kembali cerah hingga sore hari. Kimpul masih menunggu. Ternyata tidak ada orang yang ingin meminta jasanya untuk memangkas rambut. Ketika magrib memperlihatkan wajahnya, Kimpul mengambil cermin dari tiang yang dipancangnya, mencabut tiang itu, melipat kursi yang sejak pagi didudukinya, mengambil tas kumuh yang berisi alat-alat cukur dan membuang air yang tersimpan dalam botol. Setelah itu dengan mengayuh sepeda ia pulang tanpa memperoleh uang sepeser pun seperti dua hari sebelumnya.
***
Ketika Kimpul terangguk-angguk karena mengantuk, ia mendengar seseorang memanggil namanya. Ia segera membuka mata dan berdiri. Seorang lelaki muda berusia sekitar tiga puluh lima tahun berdiri di depannya sambil tersenyum. Ia menyilakan laki-laki itu duduk di kursi lipat yang sebelumnya didudukinya. Kimpul menduga laki-laki itu akan memotong rambut. Laki-laki itu menolak dengan sopan dan tetap berdiri.
”Pak Kimpul, kan?” kata lelaki muda itu bertanya.
”Benar, saya Kimpul”.
”Masih kenal saya, Pak?”
Kimpul menatap laki-laki itu, memperhatikannya dan mencoba menggali ingatannya. Ia tidak berhasil. Karena itu ia menggeleng dengan sopan.
”Saya Dasuki.”
”Dasuki?” Kimpul kembali mencoba membangunkan memorinya. Sekali lagi ia tidak berhasil.
”Tidak apa-apa, Pak, kalau tidak ingat. Maklum peristiwanya sudah lama sekali. Lima tahun. Cukup lama memang.”
Kimpul semakin tidak mengerti semua yang diucapkan laki-laki itu. Jangan-jangan dia salah alamat. Mungkin saja yang dicarinya memang Kimpul, tapi Kimpul yang lain. Laki-laki yang menyebut namanya Dasuki itu tidak ingin melihat wajah Kimpul yang bengong seperti itu.
”Lima tahun lalu saya pangkas di sini. Pak Kimpul yang memotong rambut saya. Ketika Bapak akan mencukur janggut, kumis dan cambang saya, tiba-tiba turun hujan deras. Saya menyambar sepeda motor dan segera memacunya ke stasiun itu untuk berteduh,” katanya sambil menunjuk ke arah Stasiun Besar. Kimpul mendengarkan dengan serius.
”Saya melihat Pak Kimpul berkemas dan membawa semua peralatan Bapak ke stasiun. Cuma, karena banyak orang di sana, saya benar-benar tidak tahu di mana persisnya Pak Kimpul berteduh. Hingga hujan berhenti dan semua orang meninggalkan emper stasiun, saya juga tidak melihat Pak Kimpul. Karena saya harus segera kembali ke kantor, saya tidak kembali lagi ke tempat Bapak bekerja. Saya langsung pergi dengan janggut, kumis dan cambang yang belum dicukur. Saya buru-buru karena mempersiapkan kepindahan saya ke Jakarta dua hari setelah itu.”
Kimpul masih dengan tekun mendengarkan penjelasan orang yang bernama Dasuki itu.
”Lima tahun saya terganggu karena belum membayar ongkos pangkas rambut itu. Karena itu hari ini saya sempatkan ke sini, pada saat saya sedang bertugas ke kota ini. Saya ingin membayar utang saya itu.”
Begitu selesai mengucapkan kalimat itu ia mengambil uang dari sakunya dan menyerahkan Rp 100.000 kepada Kimpul. Karena Kimpul masih tidak memahami cerita laki-laki itu, ia diam saja dan tidak berani menerima uang yang diulurkan kepadanya. Dasuki memberikan uang itu ke tangan Kimpul dan menggenggamkannya.
”Permisi, Pak Kimpul, saya harus pergi sekarang untuk rapat. Kalau sempat saya akan datang lagi,” kata orang yang bernama Dasuki itu sambil melangkah pergi.
Kimpul merasa uang yang tergenggam di tangannya itu bukan miliknya. Ia pasti salah alamat, pikir Kimpul. Karena itu Kimpul buru-buru berjalan ke arah laki-laki itu pergi. Setelah itu ia berlari-lari kecil di keempat sisi lapangan, namun laki-laki tidak ditemukannya. Ia kembali ke tempatnya bekerja dengan napas tersengal-sengal. Kimpul benar-benar tidak tahu apa yang akan dilakukannya dengan uang Rp 100.000 di tangannya itu.
Ia berpikir keras dan menggedor ingatannya. Akhirnya ia sampai kepada kesimpulan bahwa semua yang diungkapkan laki-laki itu tidak benar dan tidak pernah terjadi. Ingatannya cukup kuat untuk mengetahui semua itu. Lalu mengapa ia memberikan Rp 100.000 sedangkan biaya pangkas lima tahun lalu cuma Rp 5.000. Kimpul bergumam, dari mana pula orang bernama Dasuki itu tahu namaku, padahal aku tidak pernah menyebutkan namaku kepada pelanggan karena memang tidak ada yang pernah bertanya.
***
”Bagaimana Das? Ketemu dengan orang yang kamu cari?”
”Tidak,” sahut Dasuki menjawab pertanyaan istrinya.
”Lalu bagaimana?”
”Aku mengelilingi lapangan itu. Hanya dua orang tukang pangkas yang aku temukan. Yang satu masih muda dan yang seorang lagi, aku rasa berusia lebih dari enam puluh tahun. Mungkin sekitar enam puluh lima tahun. Sebelum aku menghampiri orang tua itu aku bertanya dulu kepada penjaga toko buku bekas yang kumasuki sebelumnya. Dialah yang memberikan nama Kimpul itu kepadaku.”
Dasuki menunggu reaksi istrinya. Istri Dasuki menunggu kelanjutan cerita suaminya.
”Lalu aku datangi orang tua itu dan kuberikan Rp 100.000. Aku ceritakan alasan mengapa aku memberikan uang itu. Dia bengong dan mulanya tidak mau menerima uang itu. Tapi aku berikan uang itu kepadanya dengan menggenggamkannya. Setelah itu aku pergi dan berjanji akan datang lagi kalau aku masih punya waktu luang.”
”Kamu yakin bukan itu orang yang kamu cari?”
”Aku belum lupa wajah orang yang dulu memangkas rambutku. Pipinya kempot, kepalanya botak dan tubuhnya ceking. Aku melihatnya begitu aku selesai makan gado-gado yang enak di pinggir lapangan itu. Karena kasihan aku segera menghampirinya, duduk di kursi kayunya dan memintanya memotong rambutku. Padahal sebelumnya aku berniat memotong rambut di barber shop di sebelah kantorku. Hanya karena aku ingin makan gado-gado dulu makanya aku pergi ke pinggir lapangan itu, bertemu dengan orang tua itu, jatuh kasihan dan memintanya memangkas rambutku.”
Melihat Dasuki menceritakan hal itu dengan lancar istrinya tersenyum dan tidak bertanya apa pun. Dasuki yang merasa perlu memberikan penjelasan lebih lanjut.
”Orang yang kuberi Rp 100.000 itu berambut lebat, beruban dan tidak kurus. Tapi dengan memberikan uang itu aku merasa utangku telah terbayar.”
”Kamu yakin akan merasa tenang setelah membayar utang itu walaupun bukan kepada orang yang berhak menerimanya?”
Lama Dasuki menunduk dan terdiam. Kemudian ia menengadah dan menatap istrinya.
”Aku tidak tahu. Aku harapkan begitu.”

Sumber : http://cerpenkompas.wordpress.com

Mengapa Kita Butuh Mimpi Dalam Tidur ?

Orang mengatakan waktu dapat menyembuhkan semua luka. Itu ternyata ada benarnya. Riset terbaru dari University of California, Berkeley, mengindikasikan bahwa lamanya waktu bermimpi ketika tidur dapat mengatasi penderitaan yang menyakitkan.

http://image.tempointeraktif.com/?id=63871&width=475

Peneliti UC Berkeley menemukan bahwa, selama fase mimpi dalam tidur, atau tidur rapid eye movement (REM), yaitu ketika bola mata bergerak cepat saat tidur, zat kimia stres dipadamkan dan otak memproses pengalaman emosional dan mengikis memori yang menyakitkan.

Temuan ini menawarkan sebuah penjelasan yang menarik soal mengapa orang yang menderita kelainan stres pasca-kejadian traumatis, seperti veteran perang, menemui kesulitan untuk pulih dari pengalaman yang membuatnya tertekan dan berulang kali dihantui mimpi buruk. Penelitian ini juga menawarkan jawaban mengapa kita bermimpi.

"Tahap mimpi tidur, berdasarkan komposisi neurokimianya yang unik, memberikan semacam terapi sepanjang malam, sejenis balsam menenangkan yang membuang semua hal yang tajam dari pengalaman emosional pada hari sebelumnya," kata Matthew Walker, dosen psikologi dan neuroscience di universitas itu yang terlibat dalam studi yang dipublikasikan dalam jurnal Current Biology.

Bagi penderita stres pasca-peristiwa traumatis, terapi malam ini mungkin tidak bekerja secara efektif. "Sehingga ketika kilas balik, misalnya dipicu oleh ban mobil meletus, mereka mengalami kembali seluruh pengalaman mengerikan itu karena emosinya tidak disingkirkan dari memori dengan benar selama tidur," kata Walker.

Hasil studi ini menawarkan berbagai informasi tentang fungsi emosional tidur REM, yang biasanya mencakup 20 persen dari waktu tidur seorang manusia sehat.

Studi otak sebelumnya mengindikasikan bahwa pola tidur sehat itu tidak berjalan sebagaimana mestinya pada orang yang menderita kelainan seperti trauma dan depresi.

Sumber : http://www.apakabardunia.com

Kamis, 24 November 2011

7 PELARIAN DARI PENJARA YANG MENAKJUBKAN

Kabur dari penjara bukan semata rekaan seperti film seri "Prison Break". Kisah nyata cara kabur yang gila-gilaan justru jadi ilham film tersebut dan sejenisnya. 
Tentu, kisah ini tidak bermaksud mengajarkan kita cara kabur dari penjara. Namun, jadi inspirasi, bahwa sekuat apa pun manusia menciptakan "tembok" atau "kerangkeng" tetap ada cara kok membobolnya.


1. The Great Escape

Untuk sebuah perencanaan berikut resikonya, tidak ada yang jauh lebih kompleks daripada pelarian 76 tentara Sekutu dari Stalag Luft III di tahun 1944 (Stalag Luft III adalah sebuah penjara Jerman selama Perang Dunia II).

Cara melarikan dirinya dengan menggali tiga terowongan (dijuluki “Tom,” “Dick,” dan “Harry”) 30 kaki di bawah permukaan penjara dengan rencana melewati pagar utama dan muncul ke permukaan di dekat hutan. Hal ini membutuhkan proses konstruksi yang canggih yang meliputi penggunaan blok kayu untuk dukungan, serangkaian lampu, dan bahkan sebuah pompa untuk memastikan para serdadu penggali masih bisa bernapas.

Setelah mengumpulkan koleksi pakaian sipil dan paspor, pada 24 Maret 1944 mereka melarikan diri.

Sayangnya, di salah satu terowongan muncul para penjaga Nazi. 76 orang masih berhasil melarikan diri, tetapi buronan yang ke-77 melihat terowongan tersebut ditutup oleh penjaga.

Berkat popularitas kisah pelarian ini, menjadi inspirasi sebuah film “Great Escape”


2. Pascal Payet’s Helicopter Escapes


Banyak penjara di Eropa telah mempunyai pusat pelatihan heli di atap mereka. Seorang kriminal Perancis, Pascal Payet telah berulang kali menggunakan keuntungannya. Payet awalnya dipenjara karena kasus pembunuhan yang terjadi selama perampokan yang gagal pada mobil van keamanan, dan dihukum tiga puluh tahun di penjara Luynes, Perancis.

Pada tahun 2001, ia berhasil melarikan diri dengan bantuan seorang "kaki tangan" yang membajak helikopter dan menjemput Payet dari atap penjara, tempat pusat pelatihan heli tersebut.

Payet bahkan kembali ke penjara dua tahun kemudian dengan helikopter lain dan melanjutkan untuk membantu tiga tahanan lain untuk melarikan diri, tetapi keempat pria itu ditangkap kembali. Dan, Payet diberi hukuman tujuh tahun penjara atas perannya dalam pelarian dari penjara.

Hebatnya, pada tahun 2007 Payet lagi2 melarikan diri melalui helikopter, kali ini dari Grasse penjara di tenggara Perancis. Dia diangkat dari atap oleh empat kaki bertopeng yang telah membajak sebuah helikopter dari bandara terdekat dengan mengancam untuk membunuh pilot. Setelah mendarat di dekat Laut Tengah, pilot dirilis, dan Payet dan antek-anteknya menghilang tanpa jejak.


3. Dieter Dengler’s Prison Camp Escape


Dieter Dengler adalah seorang Jerman-amerika, pilot Angkatan Laut Amerika yang terkenal karena berhasil melarikan diri dari kamp penjara selama Perang Vietnam dari sebuah penjara di hutan.

Di awal tahun 1966, pesawat Dengler ditembak jatuh oleh pesawat anti api di Laos, dan ia ditangkap dan dikirim ke kamp penjara yang dikelola oleh Pathet Lao, sekelompok simpatisan Vietnam Utara. Pada 29 Juni 1966, ia dan enam tahanan lainnya berhasil melarikan diri. Setelah melumpuhkan tiga penjaga, Dengler melarikan diri ke hutan lebat.

Ia harus menghabiskan 23 hari di hutan dan harus beradaptasi dengan serangga, lintah, parasit, dan kelaparan sebelum diselamatkan oleh helikopter Amerika. Hanya satu dari tahanan lain, seorang kontraktor Thailand, selamat dari pelarian ini. Yang lainnya tewas atau hilang di hutan.

Dengler akan terus menjadi pilot penguji yang sukses di tahun-tahun berikutnya, dan sampai hari ini ia dikreditkan sebagai satu-satunya tentara Amerika yang berhasil melarikan diri dari kamp penjara selama Perang Vietnam. Bisa dibilang, Dengler memang "The Real Rambo"


4. Escape From Alcatraz

Pada tahun 1962, Frank Morris, Clarence, dan John Anglin menggunakan perencanaan dengan cermat untuk melarikan diri dari penjara prototipikal selama berbulan-bulan. Trio penjahan ini ditahan di penjara yang terkenal di Pulau Alcatraz, San Francisco, sebuah penjara khusus untuk penjahat yang paling keras dan dianggap sebagai salah satu penjara yang paling susah untuk melarikan diri.

Cara mereka melarikan diri dengan menggunakan serangkaian alat termasuk bor yang dirakit dari penyedot debu.  Mereka kemudian menuruni cerobong asap menuju pantai, di mana mereka dengan cepat membuat rakit dan melarikan diri ke San Fransisco Bay.

Pelarian mereka tidak disadari sampai keesokan paginya. Seperti di film-film Hollywood, taktiknya dengan membuat "orang-orangan" kepala boneka dari sabun, rambut manusia, dan kertas toilet, serta ditutup selimut agar terlihat sedang tidur di ranjang penjara.


5. The Maze Prison Escape


Tahun 1983, 35 napi melarikan diri setelah mengambil kendali penjara The Maze dengan cara kekerasan.

The Maze diperuntukkan bagi para militer Tentara Republik Irlandia teroris, dan dianggap sebagai salah satu penjara paling susah ditembus di Eropa. Tapi setelah beberapa bulan perencanaan, sekelompok tahanan yang dipimpin oleh anggota IRA, Gerry Kelly dan Bobby Storey, semua tahanan tersebut bisa menguasai seluruh blok penjara dengan menggunakan senjata yang telah diselundupkan ke penjara.

Setelah melukai beberapa penjaga dan mencuri seragam mereka, para tahanan membajak mobil dan mengambil alih pos jaga di dekatnya. Tetapi ketika mereka tidak bisa melewati gerbang utama, para pria melompat pagar dan kabur dengan berjalan kaki.

Laporan di tahun tersebut menyebut 35 orang melarikan diri dari penjara, enam belas di antaranya ditangkap kembali.

6. Billy Hayes’ Escape From Turkish Prison


Billy Hayes adalah seorang mahasiswa Amerika yang ditahan pada tahun 1970 ketika ia mencoba menyelundupkan dua pon hash (sejenis narkoba) ke dalam pesawat di Turki.

Setelah tertangkap, ia dijatuhi hukuman tiga puluh tahun di penjara Turki. Hayes bekerja keras di Penjara selama lima tahun, tapi ia akhirnya dipindahkan ke sebuah pulau penjara di Laut Marmara, dan di sini ia mulai serius merencanakan utk melarikan diri.

Pulau itu tidak ada perahu, tapi dekat dengan pelabuhan, dan ada kapal-kapal nelayan kecil setiap kali merapat saat datang badai besar.

Hayes menghabiskan berhari-hari bersembunyi di bin (tempat menyimpan gandum) dari beton. Ketika waktunya tepat, ia berenang ke pelabuhan dan mencuri sampan kecil. Dari sini, ia menuju Yunani, sebelum tiba dengan selamat kembali di Amerika Serikat.

Hayes kemudian menulis sebuah buku tentang siksaan yang disebut Midnight Express, yang diadaptasi menjadi sebuah film fiksi dengan nama yang sama. Wah, harus cari filmnya, nih :-)




7. Casanova’s Escape from the Leads


Pada tahun 1753, Giacomo Casanova ditangkap dan dipenjara di leads (Julukan penjara tersebut karena atapnya terbuat dari timah, sehingga suasana dalam sel menjadi sangat panas dan dirancang agar tahanan tidak mungkin melarikan diri). Setelah berhasil menyelundupkan paku ke dalam sel, Casanova dan seorang imam murtad berhasil mendekati terowongan melalui langit-langit sel mereka. Kemudian mereka membongkar sebuah piringan penutup di atap dan masuk ke ruangan lain melalui jendela atap.

Menggunakan kombinasi dari tangga dan tali, duo buron ini berhasil membuatnya sampai ke lantai dasar. Setelah memecahkan kunci dan menyelinap melalui lorong-lorong penjara, mereka melarikan diri dengan gondola ke jaringan kota sungai. Casanova kemudian menulis tentang pelarian dalam memoar yang populer. Meskipun banyak yang berspekulasi bahwa cerita tersebut mungkin banyak "bumbu tambahan", bukti dari tempat kejadian tampaknya memang benar.



Masih ada lagi cerita soal kabur dari penjara yang juga menakjubkan. Dan, terjadinya di negeri kita sendiri. Pernah dengar kisah "Jhonny Indo" ? Sebaiknya cari filmnya saja, ya....

Sumber : http://www.apakabardunia.com/2011/11/7-pelarian-dari-penjara-yang.html

Senin, 21 November 2011

Dalam Laluku

Angin sepoi membawaku ke masa lalu
Mnelusuri jejaknya yang tak ku tahui
Menerpa setiap jiwa yang lembut
Membasuh setiap luka yang indah
Merenung setiap pikiran yang sakit
Aku di dalamnya
Menyakiti tanpa kau sadari
Hati terkadang bagaikan ombak
Menggulung kisah bersamnaya yang tak ku tahu jalannya
Dalam kalut aku bertanya
Tuhan siapakah dia . . .?
Lalu dia bertanya kepadaku
Siapakah kau ?
Aku adalah pilihan mu
Yang tak bisa mengerti perasaanmu
Yang menggoyahkan hatimu
Untuk tak merasuk ke dalam hidupku
Mungkin aku hanyalah parasit dalam hidupmu
Walau tak kau sadari
Kan mengusik mimpimu
Dan memporak-porandakan yang telah kau rajut sejak lama
Tapi ketika dia bersamanya
Untuk membuka lembaran baru bersamanya
Aku bisa tersenyum indah melihatnya
Walau ada sesal membekas di hati
Mungkin inilah jalan terbaik
Antara aku dan dia
Karena muncul sesosok cinta baru
Di hatiku . . .
Yang bisa mengisi kekosongan hatiku
Dalam sesal dan duka

Jumat, 18 November 2011

Aku Bukan Pilihan Hati Mu

Malam minggu ini Puji merasa sedih dan gelisah. Ketika Puji nelfon pacarnya tak pernah diangkat. Smsnya pun juga tak pernah dibales. Hingga kerinduanya memuncak ketika setiap kali Puji nelfon tak pernah diangkat hingga berkali-kali. Lalu sesekali dia menatap foto besar pacarnya yang terpampang di sebelah kiri pintu kamarnya, walau dirinya tetap saja kangen dengan pacarnya, si Angga. Tapi sekarang dia tmbah gelisah dan jengkel ketika teringat dengan Renaldi yang sebentar lagi akan main ke rumahnya. Renaldi ini adalah salah satu temannya yang mencintai dirinya. Tak lama kemudian si Renaldi datang. Segera Puji ganti baju dengan gay kesukaannya kaos hitam, celana hitam. Sebenarnya dia nggak suka kalo Renaldi datang kerumahnya tapi karena dia juga kasihan dengan Renaldi yang datang jauh-jauh ke rumahnya.
Puji keluar kamar setelah dipanggil oleh orang tuannya. Kemudian menemui Renaldi yang telah menuggu lumayan lama sejak tadi.
“ Sebenarnya kamu mau ajak aku kemana?” tanya puji
“Ke tempat biasa............”
“Yaudah, langsung kesana aja nggak usah lama-lama di sini.”kata Puji dengan nyindir dan berharap Renaldi mengerti kalo dirinya nggak senang Renaldi di rumahnya.
Dia sempet diam dan menatap Puji begitu dalamnya hingga Puji merasa terganggu dengan tatapannya.
Segera Puji naik motor nya Renaldi. Dan renaldi langsung tancap gas menuju ke lapangana Mataram. Kebetulan di tempat itu ada pertunjukan teater yang menakjubkan. Yang merupakan acara perayaan hari jadi kota PAKALONGAN.
Sesampainya di tujuan, Renaldi memarkirkan motornya, kemudian duduk-duduk di trotoar yang tak begitu jauh dari panggung pertunjukan sehingga tampak terlihat jelas. Orang –orang telah memedati dari tadi. Mereka berdua sangat menukmati pertunjukan itu. Juga para penonton sangat menikmati pertunjukan itu, hingga tegang terbawa suasana pertunjukan teater itu. Sesekali Renaldi melihat rona wajah Puji yang terlihat jenuh, bosan dan cucek kepadanya.
“Puji. Apa kamu bosan melihat pertunjukan ini denganku.?” tanya Renaldi
“Nggak, aku Cuma terbawa suasana teater itu aja. Teater itu sungguh bagus dan menarik.” Kata Puji bohong. Padahal dia bosan dan nggak suka kalau deket-deket dengannya, hingga keinginannya untuk melihat teater itu terkikis sedikit demi sedikit hilang.
“Puji.....!!”
“Ya da pa....”
“Sebenarnya aku kesini tu mau ngomong sesuatu sama kamu. Aku ingin nagih janji kamu.”
“Janji apa........?”
“Janji kalo kamu mau ngasih jawaban ke aku sekarang.”
Puji menghela nafas, berfikir saat mendengar pertanyaan dari Renaldi. Dia berfikir, kalo dia nerimanya berarti dirinya telah menyianyiakan kepercayaan dari pacarnya. Tapi kalo dia nolak Renaldi, juga merasa khawatir nantinya Renaldi akan kecewa dan putus asa, karena ini merupakan kesekian kalinya Renaldi menyatakan cinta kepada Puji. Puji betul-betul dilema saat itu, dia bingung apa yang harus dilakukannya malam itu.
“Puj kenapa kamu diam...? apa ada yang salah dengan pertanyaanku ini ?” tanya Renaldi yang tak sabar menunggu jawaban dari Puji.
“Nggak kok. Maafkan aku kalo selama ini kamu telah menunggu moment ini,hingga aku tak menyadari itu. Tapi........”
“Tapi apa puj..!!” tanya Renaldi yang semaki penasaran
“Mungkin......mungkin Sekarang belum saatnya, belum saatnya aku ngasih jawaban ke kamu. Aku harus pikir-pikir dulu.” Kata Puji terbata-bata dan semakin gugup ketika Renaldi terus-terusan menatap dirinya.
“Hal apalagi yang harus kamu pikirkan...!!?” Renaldi semakin emosi
“Banyak! Dan kamu tak perlu tau itu”
Hampir saja Puji meneteskan air mata, tapi dia cepat-cepat mengusapnya hingga Renaldi tak melihat kejadian itu. Renaldi menghela nafas hampir putus asa, tetapi dia yakin suatu saat Puji akan menerimanya menjadi pacar.
Malam semakin larut kemudian mengantarka Puji pulang ke rumah. Dengan harapan bahwa besok Puji aka menerimanya sebagai pacar. Dan harapan itu akan selalu ada, tetap semangat dan tak pernah putus asa.
***
Keesokan harinya Puji menceritakan semuanya kepada Riko, sahabat terbaiknya. Riko menjadi teman curhatnya. Puji menceritakan semuanya kepada Riko tentang Renaldi dan Angga. Puji betu-betul minta tolong pada Riko, dia butuh sekali pendapat Riko
“ Rik, sekarang aku aku bingung banget dengan semua ini. Kamu tahu sendiri kan kalo aku dah punya pacar, dan akau sayang banget sama dia. Tapi Renaldi juga nembak aku,dan aku tak tega jika aku harus menolakanya. Aku bener-bener bingung saat ini.”
Dua hari setelah pembicaraan itu , Renaldi mengajak Puji nongkrong di tempat biasa debgab harapa Puji akan nagsih jawaban saat itu juga. Di sana Puji tanpa basa-basi langsung maenyatakan kesediaannya untuk jadi pacar. Renaldi senang mendengar jawaban dari Puji, karena memang itu yang ditunggu-tunggu. Renaldi menikmati hari itu dengan indah. Akhirnya harapan itu bener-benar jadi kenyataan. Tapi Puji terlihat tak menikmati hari itu, terlihat rona wajahnya yang mengerut, bosan.
Dua minggu setelah jadian Renaldi dan Puji sering kalai jarang bareng. Tapi saat kemesraan itu terjalin, adacslah satu cewek yang beruasaha ndeketin Renaldi. Kedekatan itu membuat Puji cemburu. Tapai anehnya Renaldi tak pernah memikirkan apakah dengan kedekatan itu Puji akan cemburu. Apalagi Renaldi dan cewek itu terlihat begitu nyaman. Walaupun Puji tak begitu luar biasa sayangnya kepada Renaldi tapi kedekatan itu membuatnya cemburu yang tersimpan dalam hatinya. Atas kejadian itu Puji mencurahkan isi hatinya kepada teman terbaiknya, Riko. Pokoknya dia menceritakan kejadian semuanya terhadap Riko. Tapi Riko malah mengatakan
“ Tapi, kenapa kamu harus cemburu. Bukankah kamu tak suka beneran dengan Renaldi.?”
“Nggak aku nggak suka ma dia, aku tetep suka ma pacarku. Tapi aku nggak suka ja ma cewek itu yang sok kecakepan dan sok manis.”
Saat itu juga Puji mengatakan rencana barunya ke Riko. Suatu saat dia akan putus dengan Renaldi hingga Renaldi akan merasa sakit hati dan menyesal. Riko hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, dalam hatinya dia berfikir kalo Puji terkesan mempermainkan Renaldi. Tapi Riko juga sadar itu haknya Puji. Dia tidak mau mencampuri urusan pribadi Puji terlalu jauh ke dalam yang penting dirinya sudah pernah membantunya.
***
Kini saatnya waktu yang tepat bagi Puji untuk putus dengan Renaldi. Apalagi akhir-akhir ini kalao dia jalan dengan Renaldi. Selain sekarang dia sudah punya alasan untuk mutusin Renaldi, juga karena dia merasa telah banyak dikecewakan olehnya. Untuk itu Puji mengajak Renaldi untuk ngobrol bareng di trotoar depan sekolah. Sambil nunggu teman-teman lainnya pulang. Tanpa basa basi Puji langsung mengutarakan isi hatinya sebenarnya
“Maaf Ren sekaranag kita harus putus, aku kecewa sama kamu. Aku bukan pilhan hatimu. Itu yang aku mau omongin sama kamu. Sekarang aku mau pulang,,,,,”
Renaldi yang mendengar itu langsung ngejar Puji ke parkiran yang akan segera pulang. Dia masih tak percaya harus putus dengan Puji, cewek yang dicintainya selama ini.”Apa salahku...?” Renaldi membujuk Puji agar teteap menjadi pacarnya tapi pengorbanannya sia-sia saja.
Puji pun berhasil lolos dari Renaldi, lalu tancap gas dan meninggalkan Renaldi yang kecewa sendirian. Renaldi teriak sekeras mungkin. Kecewa dan sedih atas kejadian ini. Dia berfikir dalam hati Mengapa begitu susahnya mendapatkan Hati puji tapi begitu mudah melepaskannya, teriakannya pun semakin keras saja. Hingga saking jengkelnya, dia langsung menendang motornya hingga jatuh dan lecet, menandakan hatinya sekarang sedang patah hati, kesel dan jengkel. Sedangkan Puji begitu puas atas kejadian ini.

Selesai

Rabu, 16 November 2011

JAUH


Aku tak lagi empat mata denganmu
Aku tak lagi menanti senja bersamamu
Menikmati  indahnya sang mentari ke ufuk barat
Kau tak lagi mengisi hari-hariku
Kau tak lagi menghiasi hidupku
Tawa alakita pun sirna
Jauh . . .
Jauh kau melangkahkan kakimu
Dan tak ajak diriku
Kau iringi langkahmu dengan tangismu
Haru . . .
Aku menatap kepergianmu
Kepergian yang tak pernah aku harapkan
Jauh . . .
Walau kau jauh di sana
Hatiku selalu ada kamu
Dan do`aku selalu ada untukmu
Disetiap langkahmu

Selasa, 15 November 2011

MENGATASI FLASHDISK TIDAK TERDETEKSI


Melanjutkan tips flashdisk tentang  bagaimana merawat flashdisk, berikut tips lanjutan untuk flashdisk apabila suatu saat flashdisk kamu tidak terdeteksi di komputer kita;
Flashdisk tidak terdeteksi?
Hal ini sering kita temui dengan flash disk kita. Nah bagiamana cara mengatasi flash disk yang tidak terdeteksi ini?
Masalah yang cukup sering dijumpai dalam penggunaan USB flash disk adalah tidak terdeteksinya perangkat tersebut oleh Windows. ini antara lain ditandai dengan tidak munculnya ikon “removable hardware” pada system tray. Tanda lain adalah tidak adanya drive USB flash disk di Windows Explorer.
Masalah ini cukup sering dijumpai pada komputer yang penggunaan sumber daya sistemnya (apalagi RAM) cukup tinggi sehingga pendeteksian keberadaan perangkat baru menjadi terganggu.
Berikut ini langkah-langkah untuk mengantur pendeteksian USB Disk secara manual di Windows XP;
  1. Buka menu Add Hardware dengan cara mengklik [Start]>[Control Panel]>[Add Hardware]. Jika menu tersebut belum terlihat, klik [Switch to Classic View] yang ada di menu sebelah kiri.
  2. Setelah menu tersebut dipilih, maka akan muncul wisaya yang menuntun pada proses pendeteksian hardware, Klik [Next]
  3. Sistem selanjutnya akan memeriksa keberadaan hardware baru yang sudah tertancap namun belum terdeteksi. Kalau USB flash disk sudah berhasil dikenali, muncul salah satu hal dari hal-hal berikut ini : Muncul menu autorun, Pernyataan bahwa USB flash disk mendukung koneksi USB yang lebih cepat, Muncul ikon “Removable hardware “pada systen tray dan Muncul dirive baru di Windows Explorer atau My Computer.
  4. Kalau salah satu hal tersebut terjadi, pendeteksian tidak perlu diteruskan. Klik [Cancel] pada tampilan berikutnya.
Nah, biar enggak bolak-balik Control Panel setiap kali ada perangkat USB yang dicolok, buatlah shortcut [Add Hardware] di Quick Launch Toolbar. Langkah-langkah seperti berikut ini;
  1. Buka Control Panel dan ubah tampilannya ke mode “klasik” (switch to Classic Mode) seperti langkah 1 di atas.
  2. Seret ikon Add Hardware dan jatuhkan ke Quick Launch Toolbar. Kalau toolbar tersebut belum muncul, Anda dapat mengaktifkannya dengan klik kanan pada taskbar, klik [Propertis]>[Taskbar]. Kemudian, beri tanda centang pada [Show Quick Launch].
Semoga bermanfaat ya..

sumber : http://blog.mfajri.net/

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Powerade Coupons